Rabu, 22 Januari 2014

Usaha memperjuangkan kemerdekaan

A. Perjuangan Rakyat
dan Pemerintah di
Daerah dalam
Mempertahankan
Kemerdekaan
Indonesia
Penyerahan kekuasaan Jepang kepada
Sekutu dilakukan oleh Komando Asia
Tenggara (South East Asia Command
atau SEAC) di bawah pimpinan
Laksamana Lord Louis Mounbatten.
Pasukan Sekutu yang bertugas di
Indonesia adalah Allied Forces
Netherlands East Indies (AFNEI) yang
dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip
Christison. AFNEI merupakan komando
bawahan dari SEAC. Tugas AFNEI di
Indonesia adalah:
1. menerima penyerahan kekuasaan
dari tangan Jepang,
2. membebaskan para tawanan perang
dan interniran Sekutu,
3. melucuti orang-orang Jepang dan
kemudian dipulangkan ke negaranya,
4. menjaga keamanan dan ketertiban
(law and order), dan
5. menghimpun keterangan guna
menyelidiki pihak-pihak yang dianggap
sebagai penjahat perang.
Pada awalnya rakyat Indonesia
menyambut kedatangan Sekutu dengan
senang. Akan tetapi setelah diketahui
NICA ikut di dalamnya, sikap rakyat
Indonesia menjadi curiga dan
bermusuhan. Kedatangan NICA di
Indonesia didorong oleh keinginan
menegakkan kembali Hindia Belanda
dan berkuasa lagi di Indonesia.
Datangnya pasukan Sekutu yang
diboncengi NICA mengundang
perlawanan rakyat untuk
mempertahankan kemerdekaan. Berikut
ini berbagai perlawanan terhadap
Sekutu yang muncul di daerah-daerah.
1. Pertempuran Surabaya 10 November 1945
Surabaya merupakan kota pahlawan.
Surabaya menjadi ajang pertempuran
yang paling hebat selama revolusi
mempertahankan kemerdekaan,
sehingga menjadi lambang perlawanan
nasional. Peristiwa di Surabaya
merupakan rangkaian kejadian yang
diawali sejak kedatangan pasukan
Sekutu tanggal 25 Oktober 1945 yang
dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby.
Pada tanggal 30 Oktober 1945 terjadi
pertempuran yang hebat di Gedung
Bank Internatio di Jembatan Merah.
Pertempuran itu menewaskan Brigjen
Mallaby. Akibat meninggalnya Brigjen
Mallaby, Inggris memberi ultimatum,
isinya agar rakyat Surabaya menyerah
kepada Sekutu. Secara resmi rakyat
Surabaya, yang diwakili Gubernur Suryo
menolak ultimatum Inggris. Akibatnya
pada tanggal 10 November 1945 pagi
hari, pasukan Inggris mengerahkan
pasukan infantri dengan senjatasenjata
berat dan menyerbu Surabaya dari
darat, laut, maupun udara.
JELI Jendela Info
Pertempuran 10 November 1945 di
Surabaya telah menciptakan pekik
persatuan demi revolusi yaitu merdeka
atau mati. Di samping itu juga
merupakan titik balik bagi Belanda
karena mengejutkan pihak Belanda yang
tidak menyangka kekuatan RI mendapat
dukungan rakyat.
Rakyat Surabaya tidak takut dengan
gempuran Sekutu. Bung Tomo
memimpin rakyat dengan berpidato
membangkitkan semangat lewat radio.
Pertempuran berlangsung selama tiga
minggu. Akibat pertempuran tersebut
6.000 rakyat Surabaya gugur. Pengaruh
pertempuran Surabaya berdampak luas
di kalangan internasional, bahkan
masuk dalam agenda sidang Dewan
Keamanan PBB tanggal 7-13 Februari
1946.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar